AKUNTANSI
INTERNASIONAL
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
VOLKSWAGEN
Disusun oleh :
Bahesti (21210313)
Fauziah
Nisaa (22210659)
Ira
Paramita (23210585)
Novi
Sayekti (25210059)
Oky
Bermas (25210271)
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
JAKARTA
2014
PENDAHULUAN
Pada umumnya perusahaan didirikan dengan tujuan untuk
memaksimumkan nilaiperusahaan.Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan dana
dan kemampuan di dalam pengelolaannya.Berhasil tidaknya usaha pengelolaan
sangat bergantung padakemampuan manajemen dalam mengelola sumber dan potensi
modal kerja perusahaantersebut.
Salah satu cara untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang
keadaankeuangan suatu perusahaan dapat menggunakan suatu alat pengukur, yaitu
rasio. Rasio ini digunakan untuk menganalisis atau menginterpretasikan data
keuangan dengan jalanmenghubungkan elemen-elemen dari berbagai aktiva dan
pasiva serta pos-posperhitungan laba/rugi pada laporan keuangan. Analisis atas
laporan keuangan tersebutakan menggambarkan kondisi finansial perusahaan,
antara lain mengetahui posisilikuiditas, solvabilitas, aktivitas dan
rentabilitas perusahaan.
Analisis rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untukmemenuhi kewajiban finansialnya yang
jatuh tempo. Adanya analisis rasio likuiditasakan berguna bagi pihak manajemen
untuk menarik kepercayaan para kreditor untukmemberikan kredit atau pinjaman.
Selain itu, rasio ini juga dapat digunakan untukmenganalisis penggunaan modal
kerja dalam pembiayaan kegiatan operasi perusahaan.Analisis solvabilitas
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segalakewajiban finansialnya
apabila sekiranya perusahaan tersebut pada saat itudilikuidasikan. Dengan kata
lain, solvabilitas dimaksudkan sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar
semua utang-utangnya baik jangka pendek maupun jangkapanjang. Sedangkan rasio
rentabilitas menunjukkan kemampuan suatu
perusahaan untukmenghasilkan laba selama periode tertentu.
Hasil analisis tersebut penting artinya bagi pimpinan perusahaan
sebagai dasardalam rangka penyusunan rencana yang lebih baik, perbaikan sistem
pengawasan danpenentuan kebijaksanaan yang lebih tepat di masa yang akan
datang. Bagi pihak manajemen akan dapat mengetahui hasil dan perkembangan yang
dicapai serta kegagalanyang diderita pada tahun sebelumnya maupun tahun yang
sedang berjalan.
Tidak hanya pihak pimpinan perusahaan dan manajemen perusahaan
yang tertarikterhadap hasil angka rasio finansial, tetapi kreditor baik jangka
panjang maupun jangkapendek serta pemegang saham yang akhirnya atau setidak-tidaknya
ingin mengetahuiprospek dari deviden dan pembayaran bunga di masa yang akan
datang.
Menyadari betapa pentingnya kinerja keuangan untuk menghasilkan
labaperusahaan,
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Laporan Keuangan
2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan
Kita dapat mengetahui suatu perusahaan berkembang
atau tidaknya dengan cara melihat kondisi keuangannya, sedangkan kondisi
keuangan itu sendiri dapat dilihat dari
laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan tersebut. Adapun pengertian
laporan keuangan itu sendiri menurut beberapa
pakar ekonomi adalah sebagai
berikut :
1.
Menurut
Myer dalam bukunya Financial Statement
Analysis mengatakan bahwa yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah :
“Dua daftar yang disusun oleh Akuntan pada akhir periode untuk suatu
perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan
dan daftar pendapatan atau daftar rugi-laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah
menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga
yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tak dibagikan (laba yang ditahan)”
(S. Munawir, 1995).
2.
Dalam
Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia (Ikatan Akuntan Indonesia, Jakarta 1974)
dikatakan bahwa laporan keuangan ialah neraca dan perhitungan rugi laba serta
segala keterangan-keterangan yang dimuat dalam lampiran-lampirannya antara lain
laporan sumber dan penggunaan dana-dana.
3.
Menurut
Miswanto dan Eko Widodo (1998) laporan keuangan
merupakan media informasi yang digunakan oleh perusahaan yang
bersangkutan untuk melaporkan keadaan dan posisi keuangannya kepada
pihak-pihak yang berkepentingan, terutama bagi pihak kreditur, investor dan
pihak manajemen dari perusahaan itu sendiri.
Laporan Keuangan bersifat historis serta menyeluruh,
yaitu dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran atau
laporan kemajuan (Progress Report)
secara periodik yang dilakukan pihak management yang bersangkutan. Laporan
keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi
sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh
perusahaan yang bersangkutan. Data keuangan tersebut akan lebih berarti bagi
pihak-pihak yang berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan untuk dua
periode atau lebih, dan dianalisa lebih lanjut sehingga dapat diperoleh data
yang akan dapat mendukung keputusan yang akan diambil (S. Munawir, 1995).
2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Harahap (2001), tujuan utama Laporan
Keuangan adalah memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan
ekonomis. Para pemakai laporan akan mengunakannya untuk meramalkan,
membandingkan, dan menilai dampak keuangan yang timbul dari keputusan ekonomis
yang diambilnya. Seandainya nilai uang tidak stabil, hal ini harus dijelaskan
dalam laporan keuangan.
Laporan keuangan akan lebih bermanfaat apabila yang
dilaporkan tidak saja aspek kuantatif, tapi juga mencakup penjelasan-penjelasan
lainnya yang dirasa perlu. Dan informasi ini harus faktual dan dapat diukur
secara objektif. Komite Trueblood merumuskan tujuan laporan keuangan sebagai
berikut :
1.
Pemakai
Laporan Keuangan, tujuan utama dari laporan keuangan adalah memberikan
informasi sebagai dasar dalam proses pengambilan keputusan ekonomi.
2.
Pemakai
Umum, tujuan laporan keuangan adalah melayani pemakai umum yang memiliki
wewenang, kemampuan atau sumber kekayaan yang terbatas untuk mendapatkan
informasi dan yang meyakini laporan keuangan sebagai sumber informasi utama
mengenai aktivitas perusahaan.
3.
Pemakai
Lain, tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang berguna
bagi investor dan kreditur untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai potensi
arus kas menurut jumlah, waktu dan dengan memperhatikan ketidakpastian lainnya.
4.
Tujuan
laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi kepada para pemakai laporan
keuangan untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai “earning power” (kemampuan mendapatkan laba) perusahaan.
5.
Tujuan
laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang berguna dalam menilai
kemampuan manajemen menggunakan sumber kekayaan perusahaan secara efektif dalam
mencapai tujuan utama perusahaan.
6.
Tujuan
laporan keuangan adalah memberikan informasi yang faktual dan yang dapat
ditafsirkan tentang transaksi dan kejadian lainnya yang berguna untuk
meramalkan, membandingkan, dan menilai “earning
power” perusahaan.
7.
Tujuan
laporan keuangan adalah memberikan laporan tentang posisi keuangan yang berguna
untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai “earning power” perusahaan.
8.
Tujuan
laporan keuangan adalah memberikan laporan laba periodik yang berguna untuk
meramalkan, membandingkan, dan menilai “earning
power” perusahaan.
9.
Tujuan
laporan keuangan adalah memberikan laporan kegiatan yang berguna untuk
meramalkan, membandingkan, dan menilai “earning
power” perusahaan.
10. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi
yang berguna untuk proses peramalan.
11. Tujuan laporan keuangan bagi lembaga pemerintah dan
lembaga yang bukan bertujuan untuk mendapat laba adalah memberikan informasi
yang berguna untuk menilai efektivitas dari manajemen dan sumber-sumber
kekayaan dalam mencapai tujan perusahaan.
12. Tujuan laporan keuangan adalah menyajikan kegiatan
perusahaan yang mempengaruhi masyarakat yang dapat ditentukan, dijelaskan atau
diukur dan merupakan hal yang penting bagi peranan perusahaan dalam
lingkungannya.
Tujuan laporan keuangan dalam Prinsip Akuntansi
Indonesia (PAI) 1984 adalah sebagai berikut :
1.
Untuk
memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai sumber-sumber
ekonomi dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
2.
Untuk
memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam
sumber-sumber ekonomi netto (sumber dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang
timbul dari aktivitas-aktivitas dalam memperoleh laba.
3.
Untuk
memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan di dalam
mengestimasi potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.
4.
Untuk
memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam sumber-sumber dan
kewajiban, seperti informasi mengenai aktivitas penanaman modal.
5.
Untuk
mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan
keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi
mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.
Informasi keuangan yang disebutkan didalam tujuan
diatas akan bermanfaat bila dipenuhi ketujuh kualitas berikut :
1.
Relevan,
relevensi suatu informasi harus dihubungkan dengan maksud penggunaannya. Bila
informasi tidak relevan untuk keperluan para pangambil keputusan, informasi
demikian tidak akan ada gunanya, meskipun kualitas-kualitas lainnya terpenuhi.
2.
Dapat dimengerti, informasi harus dapat dimengerti oleh pemakainya
dan dinyatakan dalam bentuk dan dengan istilah yang disesuaikan dengan batas
pengertian para pemakai.
3.
Daya uji, informasi
harus dapat diuji kebenarannya oleh para pengukur yang independen dengan
menggunakan metode pengukuran yang sama.
4.
Netral, informasi
harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak bergantung pada
kebutuhan dan keinginan pihak-pihak tertentu.
5.
Tepat waktu, informasi harus disampaikan sedini mungkin untuk
dapat digunakan sebagai dasar untuk membantu dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dan untuk
menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut.
6.
Daya banding, informasi dalam laporan keuangan akan lebih berguna
bila dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya dari
perusahaan yang sama, maupun dengan laporan keuangan perusahaan-perusahaan
lainnya pada periode yang sama.
7.
Lengkap, informasi
akuntansi yang lengkap meliputi semua data akuntansi yang dapat memenuhi
secukupnya enam tujuan kualitatif (karakteristik) diatas, dapat juga diartikan
sebagai pemenuhan standar pengungkapan yang memadai dalam pelaporan keuangan.
2.1.3 Jenis Laporan Keuangan
Laporan keuangan sebenarnya banyak, namun laporan
keuangan menurut SAK hanya tiga, yaitu :
1.
Daftar
neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal
tertentu.
2.
Perhitungan
laba rugi yang menggambarkan jumlah hasil, biaya, dan laba/rugi perusahaan pada
suatu periode tertentu.
3.
Laporan
arus kas. Di sini dimuat sumber dan pengeluaran kas perusahaan selama satu
periode.
Beberapa macam laporan keuangan menurut Kasmir
(2010), yaitu :
1.
Neraca,
merupakan laporan yang menunjukkan jumlah aktiva (harta), kewajiban (utang),
dan modal perusahaan (ekuitas) pada saat tertentu. Artinya, dari suatu neraca
akan tergambar beberapa jumlah harta, kewajiban, dan modal suatu perusahaan.
Pembuatan neraca biasanya dibuat secara periode tertentu (tahunan). Akan tetapi
pemilik atau manajemen dapat pula meminta laporan neraca sesuai kebutuhan untuk
mengetahui secara persis berapa harta, utang, dan modal yang dimilikinya pada
saat tertentu. Dalam neraca disajikan berbagai informasi yang berkaitan dengan
komponen yang ada dineraca, yaitu meliputi :
·
Jenis-jenis
aktiva atau harta (assets) yang
dimiliki
·
Jumlah
rupiah masing-masing jenis aktiva
·
Jenis-jenis
kewajiban atau utang (liability)
·
Jumlah
rupiah masing-masing jenis kewajiban atau utang
·
Jenis-jenis
modal (equity)
·
Serta
jumlah rupiah masing-masing jenis modal
2.
Laporan
laba rugi, menunjukan kondisi usaha suatu perusahaan dalam suatu periode
tertentu. Artinya, laporan laba rugi harus dibuat dalam suatu siklus operasi
atau periode tertentu guna mengetahui jumlah perolehan pendapatan (penjualan)
dan biaya yang telah dikeluarkan, sehingga dapat diketahui, perusahaan dalam
keadaan laba atau rugi. Adapun informasi yang disajikan perusahaan dalam
laporan laba rugi meliputi :
·
Jenis-jenis
pendapatan (penjualan) yang diperoleh dalam suatu periode
·
Jumlah
rupiah dari masing-masing jenis pendapatan
·
Jumlah
keseluruhan pendapatan
·
Jenis-jenis
biaya atau beban dalam suatu periode
·
Jumlah
rupiah masing-masing biaya atau beban yang dikeluarkan dan jumlah keseluruhan
biaya yang dikeluarkan
·
Hasil
usaha yang diperoleh dengan mengurangi jumlah pendapatan dan biaya. Selisih ini
disebut laba atau rugi
3.
Laporan
perubahan modal, merupakan laporan yang menggambarkan jumlah modal yang
dimiliki perusahaan saat ini. Kemudian laporan ini juga menunjukkan perubahan
modal serta sebab-sebab berubahnya modal. Informasi yang diberikan dalam
laporan perubahan modal meliputi :
·
Jenis-jenis
dan jumlah modal yang ada saat ini
·
Jumlah
rupiah tiap jenis modal
·
Jumlah
rupiah modal yang berubah
·
Sebab-sebab
berubahnya modal
·
Jumlah
rupiah modal sesudah perubahan
4.
Laporan
catatan atas laporan keuangan, merupakan laporan yang dibuat berkaitan dengan
laporan keuangan yang disajikan. Laporan ini memberikan informasi tentang
penjelasan yang dianggap perlu atas laporan keuangan yang ada sehingga menjadi
jelas sebab penyebabnya. Tujuannya agar pengguna laporan keuangan menjadi jelas
akan data yang disajikan.
5.
Laporan
arus kas, merupakan laporan keuangan yang menunjukkan arus kas masuk dan arus
kas keluar di perusahaan. Arus kas masuk berupa pendapatan atau pinjaman dari
pihak lain. Adapun arus kas keluar merupakan biaya-biaya yang telah dikeluarkan
perusahaan. Baik arus kas masuk maupun arus kas keluar dibuat untuk periode
tertentu.
2.2Analisis Ratio Keuangan
Analisis ratio adalah
suatu metode analisauntukmengetahuihubungan dari pos-pos tertentu dalam
neracaatau laporan laba-rugi secara individu atau kombinasidari kedua laporan
tersebut (S.Munawir, 1995).Berdasarkan
sumber datanya maka angka ratio dapat dibedakan menjadi :
1.
Ratio-ratio Neraca (Balance Sheet Ratio) yang tergolongdalam kategoriiniadalah semua
ratio yang semuadatanya diambil atau bersumber pada neraca, misalnya current ratio, acid test ratio.
2.
Ratio-ratio Laporanlaba-rugi (Income Statement Ratio) yaitu ratio yang dalam penyusunan semua
datanya diambildari laporan laba-rugi, misalnya gross profitmargin, net operating margin, operating ratio dan
lainsebagainya.
3.
Ratio-ratio Antara Laporan (Interstatement Ratio) ialah semua angka ratio yang dalam penyusunan datanya berasal dari neraca dan data
lainnya dari laporan laba-rugi, misalnya tingkat perputaran persediaan(Inventory
Turn Over), tingkat perputaran piutang (Account Receivable Turn Over), Sales
toInventory, Sales to Fixed Assets dan lain sebagainya.
Menurut Kasmir (2010), dalam praktiknya terdapat
beberapa macam jenis rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja
suatu perusahaan. Berikut ini jenis-jenis rasio keuangan, yaitu :
1.
Rasio
Likuiditas
2.
Rasio
Solvabilitas (Leverage)
3.
Rasio
Aktivitas
4.
Rasio
Profitabilitas
5.
Rasio
Pertumbuhan
6.
Rasio
Penilaian
2.2.1 Rasio Likuiditas
Fred Weston, menyebutkan bahwa rasio likuiditas (liquidity ratio) merupakan rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek.
Artinya apabila perusahaan ditagih, maka akan mampu untuk memenuhi utang
(membayar) tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo.
Jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan terdiri dari :
1.
Rasio Lancar (Current Ratio)
|
2.
Rasio
sangat Lancar (Quick Ratio)
Rasio cepat (quick
ratio) atau rasio sangat lancar atau acid
test ratio merupakan rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan memenuhi
atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva
lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan (inventory).
Artinya nilai sediaan kita abaikan, dengan cara dikurangi dari nilai total
aktiva lancar. Hal ini dilakukan karena sediaan dianggap memerlukan waktu
relatif lebih lama untuk diuangkan, apabila perusahaan membutuhkan dana cepat
untuk membayar kewajibannya dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya. Rumus :
3.
Rasio
Kas (Cash Ratio)
Cash
ratio merupakan
alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk
membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukan dari tersedianya dana
kas atau yang setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan yang ada di
bank (yang dapat ditarik setiap saat menggunakan kartu ATM). Dapat dikatakan
rasio ini menunjukan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar
utang-utang jangka pendeknya. Rumus :
4.
Rasio
Perputaran Kas (Cash Turnover)
Cash
turnover menurut
James O. Gill, digunakan untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja
perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan.
Artinya, rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk
membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan. Rumus
:
5.
Inventory to Net Working Capital
Inventory
to net working capital merupakan
rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan
yang ada dengan modal kerja perusahaan. Modal kerja tersebut terdiri dari
pengurangan antara aktiva lancar dengan utang lancar.
2.2.2 Rasio Solvabilitas (Leverage)
Rasio solvabilitas atau leverage ratio, merupakan rasio yang digunkan untuk mengukur sejauh
mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya, beberapa besar beban
utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas
dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya baik jangka pendek maupun janka
panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi).
Adapun jenis-jenis rasio solvabilitas antara lain :
1.
Debt to Total Asset Ratio (Debt Ratio)
|
2.
Debt to Equity Ratio
|
3.
Long Term Debt to Equity Ratio
Long
term debt to equity ratio merupakan
rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk
mengukur beberapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan
jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka
panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan. Rumus :
4.
Times Interest Earned
|
5.
Fixed Charge Coverage
Fixed
Charge Coverage atau
lingkup biaya tetap merupakan rasio yang menyerupai rasio Times interest earned. Hanya saja bedanya dalam rasio ini
dilakukan, apabila perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa
aktiva berdasarkan kontrak sewa (lease contract). Biaya tetap merupakan biaya
bunga ditambah kewajiban sewa tahunan atau jangka panjang. Rumus :
2.2.3 Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas (activity
ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan
dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Atau dapat pula dikatakan rasio ini
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan.
Efisiensi yang dilakukan misalnya dibidang penjualan, sediaan, penagihan,
piutang, dan efisiensi di bidang lainnya. Rasio aktivitas juga digunakan untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari.
Jenis-jenis rasio aktvitas yang dirangkum dari
beberapa ahli keuangan, yaitu :
1.
Perputaran
Piutang (Receivable Turnover)
Receivable
Turnover merupakan
rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu
periode. Atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam
satu periode. Makin tinggi rasio menunjukan bahwa modal kerja yang ditanamkan
dalam piutang makin rendah (bandingkan dengan rasio tahunan sebelumnya) dan
tentunya kondisi ini bagi perusahaan makin baik. Sebaliknya jika rasio semakin
rendah, maka ada over investmen dalam
piutang. Rumus :
2.
Hari
Rata-rata Penagihan Piutang (Days of
Receivable)
Bagi perbankan yang akan memberikan kredit, perlu
juga menghitung hari rata-rata penagihan piutang (days of receivable). Hasil perhitungan ini menunjukkan jumlah hari
piutang (berapa hari) tersebut rata-rata tidak dapat ditagih dan rasio ini juga
sering disebut days sales uncollected. Rumus
:
3.
Perputaran
Sedian (Inventory Turnover)
|
4.
Hari
Rata-rata Penagihan Sediaan (Days of
Inventory)
5.
Perputaran
Modal Kerja (Working Capital Turnover)
|
6.
Perputaran
Aktiva Tetap (Fixed Assetss Turnover)
Fixed
assetss turnover merupakan
rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam
aktiva tetap berputar dalam satu periode. Atau dengan kata lain untuk mengukur
apakah perusahaan sudah menggunakan kapasitas aktiva tetap sepenuhnya atau
belum. Untuk mencari rasio ini caranya adalah membandingkan antara penjualan
bersih dengan aktiva tetap dalam suatu periode. Rumus :
7.
Perputaran
Aktiva (Assetss Turnover)
Assetss
turnover merupakan
rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki
perusahaan kemudian juga mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari
tiap rupiah aktiva.
2.2.4 Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran
tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba
yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya bahwa
penggunaa rasio ini menujukan efisiensi perusahaan.
Jenis-jenis rasio profitabilitas sebagai berikut :
1.
Profit
Margin (Profit Margin on Sales)
Profit
margin on sales atau
margin laba atas penjualan merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk
mengukur margin laba atas penjualan. Untuk mengukur rasio ini adalah dengan
cara membandingkan antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih.
a.
|
b.
|
2.
Return on Investment (ROI)
Hasil pengembalian investasi atau lebih sering
dikenal dengan nama Return on Investment
(ROI) atau Return on Total Assets merupakan
rasio yang menunjukkan hasil (return)
atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu
ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Rumus :
3.
Return on Equity (ROE)
Hasil pengembalian ekuitas atau Return on Equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio
untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini
menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Makin tinggi rasio ini, maka
semakin baik. Artinya, posisi pemilik perusahaan makin kuat, demikian pula
sebaliknya. Rumus :
4.
Laba
Per Lembar Saham (Earnings Per Share)
|
5.
Return on Asset (ROA)
Menurut Bambang (1997), Return on Asset adalah rasio keuntungan bersih pajak yang juga berarti
suatu ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari aset yang
dimiliki perusahaan. Pengukuran kinerja dengan Return on Asset menunjukkan kemampuan dari modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan laba. Untuk mengukur
rasio ini adalah dengan cara membandingkan antara laba sebelum pajak dengan
total aktiva perusahaan. Rumus :
2.2.5 Rasio Pertumbuhan
Rasio Pertumbuhan atau Growth Ratio, merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan mempertahankan posisi ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian
dan sektor usahanya. Dalam rasio yang dianalisis adalah pertumbuhan penjualan,
pertumbuhan laba bersih, pertumbuhan pendapatan per saham, dan petumbuhan
dividen per saham.
2.2.6 Rasio Penilaian
Rasio Penilaian (Valuation
Ratio) merupakan rasio yang memberikan ukuran kemampuan manajemen
menciptakan nilai pasar usahanya di atas biaya investasi, seperti :
1.
Rasio
harga saham terhadap pendapatan
2.
Rasio
nilai pasar saham terhadap nilai buku
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Profil Volkswagen
The Volkswagen GroupadalahsebuahgrupkorporasidariJerman, yang
merupakansalahsatugrupprodusenmobilnomor 3 di dunia, setelahToyota Motor CorporationdanGeneral Motors.
PasarutamaperusahaaniniadalahEropa, dananakperusahaanGrup
Volkswagen memilikimerek-merekmobilterkenal, sepertiVolkswagen,
Audi, Bentley,
Bugatti,
Ducati,
Å koda Auto,
Lamborghini,
SEAT, Porsche,
MAN SE,
danScania AB.
Pasarkeduaterbesar Volkswagen
adalahRepublik Rakyat Tiongkok di
manaanakperusahaannya, Grup
Volkswagen Tiongkokadalahpembuatmobilasingterbesar.Perusahaan
iniberawaldariperusahaanJerman yang didirikanpada1937sebagiperhatianpublik
yang padapemerintahanNazimencobamenjualmobil
yang serkarangmelegendaVW Kodok.SetelahPerangDunia
II di 1945,
tentaraBritaniamengambilalihpabrik
yang terkenabomdanmemulaiproduksi Beetle lagiselamamasapasca-perang yang sulit,
yang harusdihadapiJerman.Pada1948,
PemerintahBritaniamenyerahkanperusahaaninikembalikeJerman, di
manaperusahaaninidiaturolehbekaskepalaOpel, Heinrich
Nordhoff.
Pada 2013, Grup meningkatkan jumlah kendaraan
dikirim ke pelanggan untuk 9.731.000 (2012: 9.276.000), sesuai dengan pangsa
12,8 persen dari pasar mobil penumpang di dunia. Di Eropa Barat, hampir satu
dari empat mobil baru (24,8 persen) dibuat oleh Volkswagen Group. Pendapatan
penjualan Grup pada tahun 2013 mencapai € 197.000.000.000 (2012: €
193000000000), sedangkan laba setelah pajak sebesar € 9300000000 (2012: €
21900000000).
Grup terdiri dari dua belas merek dari tujuh negara
Eropa: Volkswagen Passenger Cars, Audi, SEAT, Skoda, Bentley, Bugatti,
Lamborghini, Porsche, Ducati, Volkswagen Commercial Vehicles, Scania dan
MAN.Setiap merek memiliki karakter sendiri dan beroperasi sebagai entitas
independen di pasar. Spektrum produk berkisar dari sepeda motor ke-konsumsi
rendah mobil kecil dan kendaraan mewah. Di sektor kendaraan komersial, termasuk
produk berkisar dari pick-up, bus dan truk berat.
The Volkswagen Group juga aktif dalam bidang bisnis
lainnya, manufaktur mesin diesel besar-menanggung untuk aplikasi laut dan
stasioner (pembangkit listrik turnkey), turbocharger, turbomachinery (uap dan
gas turbin), kompresor dan reaktor kimia. Hal ini juga menghasilkan transmisi
kendaraan, unit gigi khusus untuk turbin angin, bantalan slide dan kopling
serta sistem pengujian untuk sektor mobilitas.Selain itu, Volkswagen Group
menawarkan berbagai jasa keuangan, termasuk agen dan pembiayaan konsumen, sewa
guna usaha, kegiatan perbankan dan asuransi, dan manajemen armada.
3.2AnalisisLaporan Volkswagen
1. Current Ratio
Current
Rasiomerupakanperbandinganantaraasetlancarpadaneracaperusahaanterhadapkewajibanlancarnya.Analisainitermasukdalamanalisalikuiditas,
yang tujuannyamengevaluasikemampuanperusahaanmemenuhikewajibanjangkapendeknyadenganmenggunakanasetlancarnya.
CR
= Current Asset / Current Liabilities
Current Ratio merupakanrasiolikuiditas.Current Ratioyaitukemampuanuntukmembayarhutang
yang harusdipenuhidenganaktivalancar.Rasioini paling
seringdigunakanuntukmengukurkemampuanmembayarhutangjangkapendek total,
karenamununjukkanseberapabesartuntutankrediturjangkapendek yang
dapatdipenuhiolehaktiva yang diharapkandapatmenjadikasdalamperiode yang
hampirsamadenganmasajatuh tempo tuntutantersebut.
Asetlancardapatdigunakanuntukmembayar/
memenuhikewajibanjangkapendekperusahaan.Asetlancarterdiridariapasaja?
BiasanyaberupaKasdanRekening Bank,Piutang, Persediaanatauinvestasijangkapendekpadasahamperusahaan
lain. Intinyaadalahsemuaposdalamneracaperusahaan yang dapatsegeradijadikanuanguntukmelunasikewajibanjangkapendeknya.
Apasaja yang
termasukkewajibanjangkapendekperusahaan? Yabisaberupahutang bank
jangkapendek (angsurankredit), hutangdagangkepadasuppliernya
(pembeliandengankredit), hutangpajak, hutanggajikaryawan (perkiraanpembayarangajikaryawanbulanberikutnyadarilaporankeuangan).
Pada perusahaanVolkswagendi tahun 2012 diketahui sebagai berikut :
AktivaLancar 113061
CR= = = 1,07
HutangLancar 105.513
Current Ratio sebesar 1,07 yang artinya, setiap €1 hutang lancar yang
segera jatuh tempo, dijamin oleh € 1,07 aktiva lancar.
Current Rasioharus> 1 karena
current rasio< 1 menunjukkanperusahaantidakmemilikiaset yang
dapatsegeradijadikanuanguntukmemenuhikewajibanjangkapendek.Tentuhaliniberdampakterhadapbisnisperusahaan.Bisasaja
supplier tidakmaulagimemasokbarangdimasa yang akandatang,
ataukaryawankecewakarenagajian yang tertunda. Meskipundemikian, memelihara
current rasioterlalutinggijugabukanhal yang disarankan,
karenabiasanyatidakefisien.
2. Debt to Equity Ratio (DER)
DER = Total Debt /
Total Equity
Rasioinimenunjukkanseberapabesarporsipendanaanperusahaan
yang berasaldarihutangdibandingkandengan modal
sendiri.AnalisarasioinitermasukdalamanalisaLeverage.Agaksusahmencaripadanan
kata “leverage” dalambahasa Indonesia. Beberapabukumenterjemahkansebagairasiopengungkit.Ya,
intinyabagaimanaasetperusahaan ‘diungkit’ keposisi yang lebihbaik,
apakahmelaluihutangatau modal sendiri.
Yang
termasukkomponenhutangdalamanalisarasioiniapasaja? Semuanya,
mauhutangjangkapanjangataujangkapendek.Tapitidaktermasuksebagaikomponenhutangapabilaadahutangkepadapemegangsaham
yang diperlakukansebagaiSub-Ordinated Loan (SOL), yang
dalamkondisi default/bangkrut, dilunasibelakangandibandingkanhutangkepihak
lain.
Semakinbesarrasioinimakasemakintidakmenguntungkanbagiparakreditur,
karenajaminan modal pemilikterhadaputangsemakinkecil.Rasio di atas 100%
sangatberbahayabagikrediturkarenajumlahutanglebihbesardaripada modal pemilik,
walaupunterdapatkemungkinanterbayarutangdenganmenggunakanlabaoperasiperusahaan
yang ada (MiswantodanEkoWidodo, 1998).
Pada perusahaanVolkswagendi tahun 2012 diketahui sebagai berikut :
Total Hutang 227.819
DER= = = € 2,78 = 278%
Total Modal Sendiri 81.825
Rasiosebesar278% yangberartijumlahhutangsangatbesarmelebihi modal
pemilik.
Dalam
perbankan, analisa DER akan memperlihatkan bagaimana selama ini perusahaan
nasabah membiayai usahanya, apakah dengan modal sendiri atau dengan hutang.
Kalau kebanyakan hutang, dikhawatirkan perusahaan akan kesulitan memenuhi
kewajibannya kepada bank dimasa yang akan datang. Seberapa besar perbandingan
hutang terhadap modal? Umumnya hutang 2x lebih banyak dibandingkan modal (DER=2)
adalah patokan umum yang ideal untuk berbagai perusahaan.
3. Return on Asset (ROA)
Return on Assetadalah salah
satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada dan setelah
biaya-biaya modal (biaya yang digunakan mendanai aktiva) dikeluarkan dari
analisis.Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan
bila diukur dari nilai asetnya. ROA adalah rasio keuntungan bersih pajak yang
juga berarti suatu ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian
dari aset yang dimiliki perusahaan(Bambang R, 1997).
ROA = Profit after
tax / Total assets
Menurut Harahap (2009), semakin besar rasionya semakin
bagus karena perusahaan dianggap mampu dalam menggunakan aset yang dimilikinya
secara efektif untuk menghasilkan laba.Return
On Assets (ROA) merupakan suatu rasio penting yang dapat dipergunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan investasi yang telah ditanamkan
(aset yang dimilikinya) untuk mendapatkan laba. Return On Assets(ROA) menjadi salah satu pertimbangan investor
di dalam melakukan investasi terhadap saham di bursa saham. Tingkat
profitabilitas merupakan informasi tingkat keuntungan yang dicapai atau
informasi mengenai efektifitas operasional perusahaan.
Pada perusahaanVolkswagendi tahun 2012 diketahui sebagai berikut :
Laba setelahpajak 21.884
ROA= = = € 0,07
Total aktiva 309.664
Return on Asset tahun 2012 sebesar
0,07artinya setiap €1 dalampenggunaanaktivanyaakanmenghasilkan keuntungan sebesar € 0,07.
Menurutsurat ketetapan BI No.23/67/KEP/DIR nilai batas minimal ROA adalah 1%.
Jika nilai ROA berada dibawah 1% maka perusahaan berada di zona tidak aman. Jadiperusahaaniniberada pada zona tidakaman
Return On
Asses (ROA) yang positif menunjukan bahwa dari total aktiva yang
dipergunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan.
Sebaliknya jika ROA negatif menunjukan toal aktiva yang dipergunakan tidak
memberikan keuntungan/rugi.
BAB IV
KESIMPULAN
Dari hasil laporan keuangan yang telah dilakukan,
berikut adalah kesimpulan dari analisa yang menggunakan Current Ratio, Retrun
on Assets dan Debt to Equity Ratiopada
Volkswagen Group. Current Ratio sebesar 1,07 yang artinya,
setiap €1 hutang lancar yang segera jatuh tempo, dijamin oleh € 1,07 aktiva lancar.Hal inimenunjukkan
perusahaan memiliki aset yang dapat segera dijadikan uang untuk memenuhi
kewajiban jangka pendeknya.
Debt to Equity Rasiosebesar2,78atau278%
yangberartijumlahhutangsangatbesarmelebihi modal
pemilik.Hal inisangat
berbahaya bagi parakreditur Volkswagen karena jumlah utang lebih besar daripada modal
pemilik, walaupun terdapat kemungkinan terbayar utang dengan menggunakan laba
operasi perusahaan yang ada.
Return on Asset tahun 2012 sebesar
0,07yang berarti
setiap €1 dalampenggunaanaktivanyaakanmenghasilkan keuntungan sebesar € 0,07. Karenanilai ROA < 1
makaperusahaaniniberadapadazonatidakamanataumengalamikerugian.
DAFTAR PUSTAKA
S. Munawir. 1995. Analisa Laporan Keuangan, Edisi Empat. Yogyakarta: Liberty.
Kasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan, Edisi Pertama. Jakarta: Kencana.