Penalaran Deduktif
Adalah cara penarikan kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi
kesimpulan yang bersifat khusus (individual). Penarikan kesimpulan
secara penalaran deduktif biasanya menggunakan pola berfikir silogisme
yang didalamnya terdapat dua pernyataan dan sebuah kesimpulan. Dan
didalam silogisme tersebut juga terdapat premis mayor dan premis minor.
Contoh dalam dua pernyataan silogisme yang didalamnya terdapat sebuah premis mayor, premis minor dan sebuah kesimpulan
- Semua atlit sepak bola menggunakan sepatu bola ber - pull ketika dilapangan (premis mayor)
- Steven Gerrard adalah seorang atilit sepak bola (premis minor)
- Jadi, Steven Gerrard ketika dilapangan menggunakan sepatu bola ber - pull (kesimpulan)
- 1. Silogisme
Silogisme adalah suatu bentuk proses penalaran yang berusaha menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan suatu kesimpulan atau inferensi yang merupakan proposisi ketiga.
Silogisme terbagi menjadi silogisme kategorial, silogisme hipotetis, silogisme disjungtif atau silogisme alternatif.
a) Silogisme Kategorial
Argumen deduktif yang mengandung suatu rangkaian yang terdiri dari tiga (dan hanya tiga) proposisi kategorial, yang disusun sedemikian rupa sehingga ada tiga term yang muncul dalam rangkaian pernyataan itu.
Contoh :
- Semua karyawan di perusahaan tersebut merupakan sarjana teknik
Semua sarjana teknik mengerti mengenai mesin
Jadi, semua karyawan di perusahaan tersebut mengerti mengenai mesin
- Semua handphone keluaran terbaru mempunyai fitur canggih
Semua fitur canggih memerlukan teknologi terkini
Jadi, semua handphone keluaran terbaru mempunyai teknologi terkini
Kaidah silogisme Kategorial:
- Sebuah silogisme harus terdiri dari tiga proposisi: premis mayor, premis minor, dan konklusi.
- Dalam ketiga proposisi itu harus ada tiga term, yaitu term mayor (term predikat dari konklusi), term minor (term subyek dari konklusi), dan term tengah (menghubungkan premis mayor dan premis minor)
- Setiap term yang terdapat dalam kesimpulan harus tersebar atau sudah tersebut dalam premis-premisnya.
- Bila salah satu premis bersifat universal dan yang lain bersifat partikular, maka konklusinya harus bersifat partikular.
- Dari dua premis yang bersifat universal, konklusi yang diturunkan juga harus bersifat universal.
- Jika sebuah silogisme mengandung sebuah premis yang positif dan sebuah premis yang negatif, maka konklusinya harus negatif.
- Dari dua premis yang negatif tidak dapat ditarik kesimpulan. Sebab itu, silogisme berikut tidak sahih dan tidak logis.
- Dari dua premis yang bersifat partikular, tidak dapat ditarik kesimpulan yang sahih.
b) Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotetis atau silogisme pengandaian adalah semacam pola
penalaran deduktif yang mengandung hipotesis. Silogisme hipotetis
bertolak dari suatu pendirian, bahwa ada kemungkinan apa yang disebut
dalam proposisi itu tidak ada atau tidak terjadi.
Rumus proposisi mayor dari silogisme ini adalah :
Jika P, maka Q
Contoh :
Premis Mayor : Jika Ani tidak memiliki dana 6 juta Rupiah untuk membayar kuliahnya, maka Ia akan diberhentikan
Premis Minor : Ani tidak mempunyai uang sebesar 6 juta Rupiah
Konklusi : Sebab itu, Ani akan diberhentikan dari kuliahnya
Premis Mayor : Jika harga BBM dinaikkan, maka masyarakat akan berdemo besar – besaran
Premis Minor : Harga BBM tidak jadi dinaikkan
Konklusi : Sebab itu, masyarakt tidak jadi berdemo
Walaupun premis mayor bersifat hipotetis, premis minor dan
konklusinya tetap bersifat kategorial. Premis mayor sebenarnya
mengandung dua pernyataan kategorial. Pada contoh diatas, premis mayor
mengandung dua pernyataan kategorial, yaitu hujan tidak turun danpanen akan gagal. Bagian pertama disebut antiseden, sedangkan bagian kedua disebut akibat.
Dalam silogisme hipotetis terkandung sebuah asumsi, yaitu kebenaran
anteseden akan mempengaruhi kebenaran akibat, kesalahan anteseden akan
mengakibatkan kesalahan pada akibatnya.
c) Silogisme Disjungtif atau Silogisme Alternatif
Silogisme ini dinamakan Silogisme alternatif, karena:
- Proposisi mayornya merupakan sebuah proposisi alternatif, yaitu proposisi yang mengandung kemungkinan-kemungkinan atau pilihan-pilihan.
- Sebaliknya, proposisi minornya adalah proposisi kategorial yang menerima atau menolak salah satu alternatifnya.
- Konklusi silogisme ini tergantung dari premis minornya. Jika premis minornya menerima satu alternatif, maka alternatif lainnya ditolak. Sebaliknya, jika premis minornya menolak satu alternatif, maka alternatif lainnya diterima dalam konklusi.
Contoh :
Premis Mayor : Kucingku bingung, antara ayam atau ikan yang akan dia makan
Premis Minor : Kucingku memakan ikan
Konklusi : Sebab itu, kucingku tidak memakan ayam
Premis Mayor : Kunci brankas itu tersimpan di lemari atau tasku
Premis Minor : Kunci brankas itu ternyata ada di tasku
Konklusi : Sebab itu, kunci brankas tidak tersimpan di lemari
2. Entimem
Silogisme muncul hanya dengan dua proposisi, salah satunya
dihilangkan. Walaupun dihilangkan, proposisi itu tetap dianggap ada
dalam pikiran dan dianggap diketahui pula oleh orang lain.
Silogisme asli/awal :
Premis Mayor : Karyawan yang lulus seleksi penerimaan pegawai Pegadaian dihubungi oleh bagian SDM
Premis Minor : Adi dihubungi oleh bagian SDM
Konklusi : Sebab itu, Adi adalah Karyawan yang lulus seleksi penerimaan pegawai Pegadaian
Entimem : Adi adalah Karyawan yang lulus seleksi penerimaan pegawai Pegadaian, karena dihubungi oleh bagian SDM
Premis Mayor : Semua murid yang mau lulus ujian nasional harus mendapat nilai di atas 7
Premis Minor : Chelsea mendapat nilai di atas 7
Konklusi : Maka, Chelsea lulus ujian nasional
Entimem : Chelsea merupakan murid yang lulus ujian nasional karena mendapat nilai di atas 7
3. Rantai Deduksi
Penalaran yang deduktif dapat berlangsung lebih informal dari
entimem. Orang tidak berhenti pada sebuah silogisme saja, tetapi dapat
pula merangkaikan beberapa bentuk silogisme yang tertuang dalam bentuk
yang informal.
Jenis-jenis penalaran induktif antara lain :
1.Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.
1.Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.
Contohnya :
• Chelsea Olivia adalah bintang sinetron, dan ia berparas cantik.
• Nia Ramadhani adalah bintang sinetron, dan ia berparas cantik.
• Chelsea Olivia adalah bintang sinetron, dan ia berparas cantik.
• Nia Ramadhani adalah bintang sinetron, dan ia berparas cantik.
Generalisasi:
Semua bintang sinetron berparas cantik.
Pernyataan “semua bintang sinetron berparas cantik” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.
Semua bintang sinetron berparas cantik.
Pernyataan “semua bintang sinetron berparas cantik” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.
Contoh kesalahannya:
Omas juga bintang iklan, tetapi tidak berparas cantik.
Omas juga bintang iklan, tetapi tidak berparas cantik.
Macam-macam generalisasi :
Generalisasi sempurna
Generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh:
sensus penduduk
Generalisasi sempurna
Generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh:
sensus penduduk
Generalisasi tidak sempurna
Generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh:
Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantaloon.
Prosedur pengujian generalisasi tidak sempurna.
Generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh:
Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantaloon.
Prosedur pengujian generalisasi tidak sempurna.
Generalisasi yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur pengujian yang benar.
Prosedur pengujian atas generalisasi tersebut adalah:
1. Jumlah sampel yang diteliti terwakili.
2. Sampel harus bervariasi.
3.Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum.
1. Jumlah sampel yang diteliti terwakili.
2. Sampel harus bervariasi.
3.Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum.
2. Analogi
Cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama.
Cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama.
Analogi mempunyai 4 fungsi,antara lain :
Membandingkan beberapa orang yang memiliki sifat kesamaan
Meramalkan kesaman
Menyingkapkan kekeliruan
klasifikasi
Membandingkan beberapa orang yang memiliki sifat kesamaan
Meramalkan kesaman
Menyingkapkan kekeliruan
klasifikasi
Contoh analogi :
Demikian pula dengan manusia yang tidak berilmu dan tidak berperasaan, ia akan sombong dan garang. Oleh karena itu, kita sebagai manusia apabila diberi kepandaian dan kelebihan, bersikaplah seperti padi yang selalu merunduk.
Demikian pula dengan manusia yang tidak berilmu dan tidak berperasaan, ia akan sombong dan garang. Oleh karena itu, kita sebagai manusia apabila diberi kepandaian dan kelebihan, bersikaplah seperti padi yang selalu merunduk.
3. Hubungan Kausal
Penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.
Penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.
Macam hubungan kausal :
a. Sebab- akibat.
Hujan turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir.
b. Akibat – Sebab.
Andika tidak lulus dalam ujian kali ini disebabkan dia tidak belajar dengan baik.
c. Akibat – Akibat.
Ibu mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu beranggapan jemuran di rumah basah.
a. Sebab- akibat.
Hujan turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir.
b. Akibat – Sebab.
Andika tidak lulus dalam ujian kali ini disebabkan dia tidak belajar dengan baik.
c. Akibat – Akibat.
Ibu mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu beranggapan jemuran di rumah basah.
Contoh Kausal :
Kemarau tahun ini cukup panjang. Sebelumnya, pohon-pohon di hutan sebagi penyerap air banyak yang ditebang. Di samping itu, irigasi di desa ini tidak lancar. Ditambah lagi dengan harga pupuk yang semakin mahal dan kurangnya pengetahuan para petani dalam menggarap lahan pertaniannya. Oleh karena itu, tidak mengherankan panen di desa ini selalu gagal. (http://rivaldiligia.wordpress.com/2012/06/04/tugas-bahasa-indonesia-penalaran-deduktif/)
Kemarau tahun ini cukup panjang. Sebelumnya, pohon-pohon di hutan sebagi penyerap air banyak yang ditebang. Di samping itu, irigasi di desa ini tidak lancar. Ditambah lagi dengan harga pupuk yang semakin mahal dan kurangnya pengetahuan para petani dalam menggarap lahan pertaniannya. Oleh karena itu, tidak mengherankan panen di desa ini selalu gagal. (http://rivaldiligia.wordpress.com/2012/06/04/tugas-bahasa-indonesia-penalaran-deduktif/)
Kelebihan Penaralan Deduktif
Pada proses induksi atau penalaran induktif akan didapatkan
suatu pernyataan baru yang bersifat umum (general) yang melebihi
kasus-kasus khususnya (knowledge expanding), dan inilah yang
diidentifikasi sebagai suatu kelebihan dari induksi jika dibandingkan
dengan deduksi.
Hal ini pulalah yang menjadi kelemahan deduksi. Pada
penalaran deduktif, kesimpulannya tidak pernah melebihi premisnya.
Inilah yang ditengarai menjadi kekurangan deduksi.
Perhatikan sekali lagi contoh induksi berikut:
Mangga manalagi yang masih muda kecut rasanya.
Mangga harum manis yang masih muda kecut rasanya.
Mangga udang yang masih muda kecut rasanya.
Mangga …. yang masih muda kecut rasanya http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/03/penalaran-deduktif-59/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar